15 Maret 2020) Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP [Bacaan Injil : Yohanes 4 : 5 - 42 (Hari Minggu Prapaskah ke-3)] Kita melihat Yesus sebagai beberapa figur. Beberapa orang menganggap Dia sebagai guru, memanggilnya sebagai sahabat, dan yang menyatakan Dia sebagai Tuhan atau Juru Selamat. Namun, Injil memperkenalkan Dia sebagai mempelai laki-laki. Gagasan bahwa Yesus sebagai mempelai kita Foto HAZEM BADER/AFPKesalahpahaman akibat ketidakpahaman ini kemudian menimbulkan sejumlah stigma negatif, persepsi buruk, dan penilaian yang tidak akurat atas negara Israel maupun bangsa Yahudi, sama tidak akuratnya terhadap penilaian atas negara-negara Arab dan bangsa Arab. Kesalahpahaman pertama adalah menganggap bahwa pendudukIsrael itu semua bangsa Yahudi. Padahal faktanya tidak. Menurut data dari Israel Central Bureau of Statistics, ada hampir 9 juta warga Israel. Meskipun warga Yahudi adalah mayoritas di negara Israel sekitar 70% yang membuat negara ini menjadi satu-satunya negara di dunia yang berpenduduk mayoritas Yahudi, tetapi ada sejumlah suku-bangsa lain yang mendiami kawasan al QurtubyFoto S. al Qurtuby Misalnya, tercatat ada lebih dari 20% warga Israel adalah Arab, termasuk masyarakat Arab Yerusalem Timur dan komunitas Arab Badui Naqab. Badui Naqab Negev Bedouins adalah masyarakat Arab Badui pastoral-nomadik yang dalam sejarahnya mengikuti pola hidup berpindah-pindah sampai kelak di zaman Turki Usmani di abad ke-19, kelompok ini mengalami proses "sedentarisasi” dan tinggal menetap di kawasan Naqab Negev, Israel. Konon ada sekitar 200 ribuan komunitas Arab Badui Naqab ini dan mayoritas mengikuti tradisi Islam Sunni sama seperti mayoritas masyarakat Arab lain di Israel. Kelompok lain yang cukup besar di Israel adalah Druze hampir 2%, kemudian disusul suku-bangsa Aram, Armenia, Assyria, Circassia, Samarita, dan Maronite. Data penduduk ini belum termasuk para "imigran gelap” dari sejumlah negara di Afrika. Jadi, seperti laiknya negara pada umumnya, penduduk Israel juga sangat warga Yahudi, warga Israel non-Yahudi khususnya Arab dan Druze juga menduduki berbagai posisi baik di pemerintahan, parlemen, keamanan tentara/polisi, bisnis, dan berbagai sektor publik lain. Oleh karena itu, setiap kali Israel terlibat konflik dan perseteruan dengan Palestina, bukan hanya Yahudi saja yang terlibat kekerasan ini tetapi juga Druze dan Arab Israel. Kesalahpahaman berikutnya adalah menganggap Yahudi adalah satu-satunya agama di Israel. Kekeliruan ini karena dibangun dari asumsi yang keliru, yakni anggapan bahwa semua warga Israel adalah Yahudi. Karena suku-bangsa Israel sangat beragam, maka otomatis agama pun sangat beragam. Yudaisme agama Yahudi tentu saja menempati posisi mayoritas di sini, tetapi Islam juga cukup kuat sekitar 18%, kemudian disusul Kristen 2%, Druzeisme 1,6% dan lainnya, termasuk Hindu dan Buddha. Komunitas Baha'i juga cukup banyak di Israel. Bahkan Universal House of Justice Bait al-Adl A'dham, sebuah "lembaga legislatif” yang konon terdiri atas sembilan tokoh agama Baha'i dan memegang otoritas tertinggi yang mengatur seluruh komunitas Baha'i di dunia, terletak di Haifa, Israel. Di Israel pula terletak makam Sayyid Ali Muhammad Syirazi populer dengan sebutan Bab, pendiri Babisme dan salah satu tokoh utama komunitas Baha'i dan Azali. Keliru menilai Bukan hanya tentang Israel, banyak orang juga keliru menilai bangsa Yahudi itu sendiri. Hampir bisa dipastikan kalau mayoritas publik menganggap "orang Yahudi memeluk agama Yahudi”. Padahal, faktanya tidak demikian. Sebagai sebuah suku-bangsa, seperti umumnya suku-bangsa lain di dunia ini, Yahudi juga sangat beragam dalam mengekspresikan keagamaan dan spiritualitas. Jelasnya, tidak semua orang Yahudi itu beragama atau memeluk "agama Yahudi” atau Yudaisme Judaism. Banyak orang Yahudi yang memeluk agama non-Yudaisme atau bahkan tidak beragama menjadi pengikut sekularisme, agnotisisme, atau scientology. Banyak orang Yahudi yang memilih beragama Kristen dari berbagai denominasi. Bahkan ada pula yang memeluk agama Islam yang populer dengan sebutan "Jews for Allah” dan membaca Al-Qur'an dalam Bahasa Ibrani. Kekeliruan berikutnya atas bangsa Yahudi adalah menganggap Yahudi sebagai komunitas yang monolitik dan seragam. Padahal, faktanya jelas tidak demikian. Menurut data dari Berman Jewish DataBank, ada sekitar 14 juta jiwa umat Yahudi di-seantero jagat raya. Dari jumlah ini, sekitar 44% tinggal di Israel, 40% di Amerika Serikat, dan sisanya tersebar di berbagai negara. Di Indonesia dulu terdapat ratusan umat Yahudi hingga mereka mampu membuat sinagog di Surabaya dan Manado. Tapi kini hanya tinggal segelintir saja. Itu pun pada umumnya mereka tidak berani mengidentifikasi diri ke-Yahudi-an mereka di hadapan publik. Ada sejumlah kelompok Yahudi yang masing-masing memiliki ekspresi ritual-keagamaan, keberagamaan, kebudayaan, dan bahkan sosial-kepolitikan yang unik, khas, dan berlainan. Bahkan ada sejumlah kelompok Yahudi seperti sekte Heredi yang mempraktikkan keberagamaan seperti kelompok Muslim Arab konservatif dengan mengenakan abaya dan cadar burqa/niqab bagi kaum perempuannya. Sebut saja Yahudi Mizrahi Mizrahim atau al-Masyriqiyyun atau "Yahudi Oriental”, yakni kelompok Yahudi yang nenek-moyangnya dari Timur Tengah. Banyak dari mereka yang menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi. Kemudian Yahudi Ashkenazi Ashkenazim, yaitu kelompok Yahudi diaspora sejak milenia pertama di zaman Imperium Roma. Mereka umumnya menggunakan Bahasa Yiddish Bagian dari Bahasa Jerman yang mengadopsi beeberapa dialek. Bahasa Ibrani hanya digunakan untuk acara-acara ritual keagamaan sebagai "bahasa suci”. Kemudian Yahudi Sephardi Sephardim yang asal-usulnya dari Semenanjung Iberia, khususnya Spanyol. Lalu, Yahudi Yaman al-Yahud al-Yaman. Meskipun namanya "Yahudi Yaman” mereka bukan hanya tinggal di Yaman saja tetapi juga di Amerika dan kawasan lain di Timur Tengah. Ada pula Yahudi Ethiopia atau dikenal dengan sebutan Beta Israel yang asal-usulnya dari Kerajaan Aksum dan Imperium Ethiopia. Baca juga Bagaimana Hitler dan Nazi Menggunakan Isu Islam Untuk Politik Anti Yahudi "Kami Sebagai Yahudi Juga Mengecam Perilaku Israel" Umat Yahudi mendukung Zionisme? Kekeliruan selanjutnya adalah menganggap semua umat Yahudi mendukung Zionisme. Dengan kata lain Yahudi adalah Zionis sekaligus. Ini jelas kekeliruan yang sangat fatal. Zionisme adalah sebuah gerakan nasionalis-politik yang digerakkan oleh sejumlah tokoh Yahudi yang mendukung gagasan pendirian kembali kawasan atau negara khusus untuk masyarakat Yahudi di "Tanah Israel” yaitu Palestina. Gerakan nasionalis Yahudi di era modern muncul di akhir abad ke-19 sebagai reaksi atas gerakan anti-Semitisme di Eropa. Bahwa ada banyak kaum Yahudi yang mendukung Zionisme dan aneksasi atas Palestina memang benar. Tetapi banyak pula yang menentangnya. Kelompok Yahudi Heredi adalah salah satu kelompok Yahudi yang paling getol melawan Zionisme. Perlu juga dicatat bahwa pendukung Zionisme, seperti penentangnya, bukan hanya dari kalangan Yahudi saja. Dari paparan singkat di atas maka kita perlu bedakan mana Yahudi dan mana Zionis, mana Yahudi sebagai sebuah suku-bangsa danmana Yahudi sebagai sebuah kelompok agama, dan seterusnya. Pembacaan yang detail dan teliti atas komunitas Yahudi dan komunitas mana saja di jagat raya ini bisa meminimalisir kesalahpahaman dan ketidaktahuan yang sering kali menjadi sumber konflik, ketegangan, perpecahan, perseteruan, permusuhan, kekerasan, dan malapetaka kemanusiaan. Selanjutnya, pembacaan yang detail dan teliti atas sebuah komunitas, bisa menciptakan kesalingpahaman yang bisa menjadi jembatan membangun perdamaian dan toleransi antar-kemanusiaan. Semoga bermanfaat. Penulis Sumanto Al Qurtuby ap/hp Dosen Antropologi Budaya dan Direktur Scientific Research in Social Sciences, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi, serta Senior Scholar di National University of Singapore. Ia memperoleh gelar doktor dari Boston University dan pernah mendapat visiting fellowship dari University of Oxford, University of Notre Dame, dan Kyoto University. Ia telah menulis ratusan artikel ilmiah dan puluhan buku, antara lain Religious Violence and Conciliation in Indonesia London & New York Routledge, 2016 *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWnesia menjadi tanggung jawab penulis.
Danbila kita kembali kepada yang Yesus ucapkan di dalam Matius 24 di mana kekuasaan agama yang menyesatkan (khususnya penyesatan yang datang dari gereja dan datang kepada gereja karena mengaku sebagai Mesias), konflik politik sehingga membawa perpecahan atau permusuhan antar bangsa, dan juga bencana (gempa bumi, kelaparan, dan penyakit) telah
- Kisah tentang kehidupan Yesus hingga kini makin menarik untuk diungkap. Berbagai upaya pengalian bukti sejarahnya terus dilakukan. Banyak fakta-fakta mencengangkan dan sejalan dengan Alkitab yang ditemukan para Arkeolog. Lewat penggalian bertahun-tahun, arkeolog percaya bahwa mereka telah menemukan rumah yang diduga kuat merupakan tempat tinggal Yesus pada masa kecilnya dahulu. Rumah itu berbahan batu kapur, dibuat dengan memotong batu dari sebuah bukit, terdiri dari beberapa ruangan. Satu lorong yang berfungsi sebagai pintu hingga kini masih terawetkan. Rumah terdiri dari sejumlah ruangan. Ada pula tangga. Di dekat rumah terdapat dua batu itu sebenarnya sudah ditemukan pertama kali tahun 1880-an oleh seorang biarawati dari Kesusteran Nazareth. Namun, baru pada tahun 2006, arkeolog dari University of Reading di Inggris, Ken Dark, mengidentifikasi rumah itu berasal dari masa Yesus. "Apakah ini merupakan rumah tempat Yesus tumbuh besar, sulit untuk mengatakannya berdasarkan bukti arkeologis. Namun, di sisi lain, tak ada bukti arkeologis yang cukup kuat juga sehingga pandangan macam itu bisa diabaikan," tulis Dark di Biblical Arcaeology Review edisi Maret/April 2015 seperti dikutip Livescience, Senin 2/3/2015. Ada beberapa hal yang membuat rumah tersebut diduga merupakan milik Yesus. Di dalam reruntuhan, terdapat bejana berbahan batu kapur. Hal itu menjadi petunjuk bahwa rumah itu milik keluarga Yahudi. Keluarga Yesus juga seorang Yahudi sehingga ada kemungkinan rumah itu miliknya. Petunjuk lain, menurut penelitian, seabad setelah Yesus wafat, Kerajaan Byzantine yang menguasai Nazareth hingga abad ketujuh mendekorasi rumah tersebut dan mengembangkannya menjadi gereja. Hidupdi Mesir sebagai budak Firaun. Periode waktu ini dimulai ketika Yusuf (AS) cicit dari Ibrahim (AS) memimpin umatnya ke Mesir, tetapi mereka menjadi budak di sana. Musa (AS) memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dengan Tanda Paskah. Maka dengan Musa (AS) sejarah orang Israel berubah dan sekarang ditunjukkan dengan warna kuning. KEBETULAN Paskah tahun ini berlangsung setelah hajatan Pemilu 17 April 2019. Kiranya menarik dan relevan jika kita berbicara tentang Yesus dan politik. Cukup banyak buku tentang Yesus dan politik, apalagi dalam bahasa asing. Cukup representatif dalam bahasa asing, seperti bahasa Jerman ialah Christlicher Glaube und politische Vernunft, karya Herwig Buechele Wien-Zurich-Duesseeledorf, 1987 atau bahasa Inggris karya Jim Wallis berjudul The Great Awakening Reviving Faith & Politics in A Post-Religious Right America New York HarperCollins, 2008. Yesus tidak berpolitik praktis Umumnya memang ada benang merah yang memunculkan kesamaan dari berbagai buku tentang Yesus dan politik. Rata-rata semua punya pemahaman senada bahwa Yesus itu bukan politikus. Meski demikian, Yesus harus hidup dalam sikon yang kental dengan nuansa politis. Bahkan, Yesus pernah diharapkan masyarakat Yahudi 2000 tahun silam sebagai tokoh politik yang akan membebaskan Israel dari penjajahan Romawi. Itu terjadi pada Minggu Palma, lima hari sebelum penyaliban-Nya pada Jumat, ketika Yesus dielu-elukan orang banyak saat dia memasuki kota Jerusalem. Orang-orang Yahudi memang sudah sejak lama punya harapan akan datangnya Mesias sang Pembebas. Orang-orang yang mengelu-elukan Yesus itu punya harapan mesianik bahwa Yesuslah sang Mesias itu. Namun, betapa kecewanya orang-orang itu karena Yesus menolak untuk dijadikan raja atau tokoh yang sesuai dengan harapan mereka. Yesus ternyata tidak mau berpolitik praktis. Dengan demikian, Yesus jelas bukan sosok politikus atau bermain dalam tataran politik praktis. Ketika dibawa kepada Gubernur Pontius Pilatus, saat ditanya wakil pemerintah Romawi, “Apakah Engkau seorang raja?”, Yesus menjawab bahwa kerajaan-Nya tidak berasal dari dunia ini. Meski demikian, dunia tempat Yesus hidup ketika itu sudah menyeret-Nya ke dalam permasalahan politik. Bahkan oleh para ahli agama Yahudi yang tidak suka dengan sepak terjang Yesus yang selalu memihak orang kecil, disebarkan tuduhan atau fitnah bernada politis bahwa Yesus punya agenda memberontak melawan pemerintah Romawi. Ajaran-ajarannya yang memuji orang miskin dan teraniaya, Yesus dituduh sebagai provokator. Tuduhan itu membawa konsekuensi berat. Sampai akhirnya Yesus dihukum mati lewat digantung disalib, sebuah hukuman ala Romawi yang biasanya dilakukan untuk para kriminal. Ketika Yesus mati disalib, sebagian pengikut Yesus yang sejak semula mengelus-elus-Nya sebagai Mesias atau tokoh politik yang membebaskan langsung terpuruk dalam rasa putus asa yang besar. Yesus dianggap telah gagal dan keok oleh hukuman salib, sebagaimana ditulis sejarawan sekuler, Tacitus. Politik etis Meski tidak mendirikan partai politik atau menjadi politikus dari aliran tertentu, Yesus sebenarnya berpolitik juga, yakni politik etis. Dengan kata lain, lewat ajaran-ajaran-Nya seperti bisa kita baca dalam Injil, Yesus ialah inspirator bagi gerakan moral untuk memperjuangkan kaum lemah yang kala itu amat menderita. Politik Yesus ialah politik memihak kaum lemah. Dalam buku A Marginal Jew Rethinking the Historical Jesus The Roots of the Problem and the Person oleh John P Meier, kita bisa melihat betapa selama hidupnya, Yesus terlibat dan menyatu dengan kaum miskin. Dari kandang Betlehem hingga puncak Kalvari ialah saksinya. Orang buta, pelacur, pengemis, hingga penyamun ialah sosok-sosok miskin yang akrab dengan Yesus. Yesus bukan politikus yang suka menjual isu orang miskin, melainkan benar-benar solider dengan kaum miskin. Bahkan di awal karya-Nya, kata pujian pertama yang keluar dari mulut-Nya ialah berbahagialah orang-orang miskin’ Matius 52. Tidak sekadar memuji kaum miskin, Yesus juga lantang mengecam kolusi antara pejabat agama dan penguasa yang berpusat di Bait Allah di Jerusalem. Bait Allah pada waktu itu menjadi tempat atau kantor Imam Besar eksekutif, kantor Sanhedrin legislatif, pusat peradilan yudikatif sekaligus tempat bagi Bank Sentral. Yesus marah Bait Allah telah dijadikan sarang para maling atau penyamun’. Yesus mengusir para pedagang dan penukar uang dari halaman Bait Allah. Dia berani menyerang jantung kekuasaan yang ada waktu itu. Dengan demikian, Yesus ialah pejuang bagi tegaknya politik etis atau politik moral yang berani mengkritik persekongkolan antara pejabat agama dan birokrat pemerintah yang menyalahgunakan kekuasaan di atas penderitaan orang-orang lemah. Semua itu akhirnya membawa konsekuensi, Yesus dihukum mati lewat tiang salib. Sayangnya, dalam perjalanan sejarah kekristenan selama 2000 tahun, kolusi antara pejabat agama dan penguasa yang dulu dikecam Yesus, justru sering dilakukan sendiri oleh mereka yang mengklaim mengikuti ajaran Yesus. Malah ironis, kadang nama Yesus diperalat sebagai tunggangan politik untuk meneror, bahkan membunuh, seperti ditulis dalam buku Jesus Before Chritianity, buah karya pastor Albert Nolan OP dari Afrika Selatan. Kezaliman kapitalisme yang justru marak dipraktikkan di negara-negara maju dan notabene mayoritas warganya Kristen, bahkan di negara-negara maju masih ada parpol berlabel Kristen hingga sekarang, justru sering terjadi praktik tak terpuji, martabat luhur manusia dijadikan komoditas belaka. Karena itu, bagi para politikus Kristiani yang menang pemilu legislatif dan lolos ke Senayan, perjuangkan kaum lemah seperti sudah dilakukan Yesus. Jadikan sejarah sebagai pelajaran, ketika agamawan atau politisi berbendera agama mengambil alih kekuasaan negara dalam pemerintahan teokrasi, justru banyak bencana kemanusiaan sebagaimana terjadi di era Yesus. Gereja di Eropa pernah terjebak dalam hal ini sehingga perang dan penindasan atas orang-orang yang tak sealiran seagama pernah menjadi noda hitam dalam sejarah gereja. Bayangkan perang agama antara katolik melawan protestan pascareformasi Martin Luther menyebabkan jutaan orang mati sia-sia. Maka dari itu, mari berjuang bersama Yesus memperjuangkan politik moral, berupa politik kenabian. Kita harus menjauhi politik partisan yang tidak lain ialah politisasi agama yang menjadikan agama sebagai kendaraan politik untuk merebut kekuasaan politik, meski hal demikian baru saja terjadi dalam pemilu di negeri ini. Jadi, bagi politisi kristiani yang sungguh berhasil mendapatkan kursi kekuasaan, berusahalah agar dalam 5 tahun mendatang jangan sampai menyalibkan Yesus untuk kedua kalinya lewat praksis politik tak terpuji. KerajaanYehuda masih berlangsung sesudah kerajaan Israel jatuh pada taun 722 S.M.Kerajaan Yehuda atau Yuda masih tetap berdiri kokoh sampai akhirnya mereka dibuang ke Babilon pada tahun 587 S.M. Pada masa ini beberapa tradisi tertulis tentang kisah bapa-bapa bangsa mulai disatukan. Demikian juga, pewartaan para nabi mulai ditulis dan sebagian diteruskan dalam bentuk lisan.
YERUSALEM, — Yerusalem salah satu kota tertua di dunia dan paling diperebutkan sejak ribuan tahun. Yerusalem adalah kota suci bagi tiga agama besar yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Berikut 10 fakta singkat tentang Yerusalem. 1. Yerusalem, kotanya Nabi DaudKitab Perjanjian Lama menyebut, Raja Daud dari dua kerajaan Judea dan Israel, merebut kota Yerusalem dari tangan bangsa Jebusit pada tahun SM. Daud menjadikan kota itu sebagai pusat kerajaan dan keagamaan. Kemudian, Raja Sulaiman, putra Raja Daud, membangun kenisah Yahweh pertama di sini sekaligus menjadikan kota itu menjadi pusat agama Yahudi. Baca juga Pernyataan Konsultasi dengan Indonesia Terkait Yerusalem Ternyata Salah Terjemahan 2. Diperebutkan Babilonia dan Persia Raja Babilonia Nebuchadnezzar II dua kali merebut Yerusalem pada 597 dan 586 SM. Ia memenjarakan Raja Jehoiakim dan kaum elite Yahudi lalu menghancurkan kenisah mereka. Perjanjian Lama menyebutkan, Raja Sirius Agung dari Persia menumbangkan Babilonia pada 540 SM dan membebaskan kaum Yahudi serta membangun kembali kuil mereka di Yerusalem. 3. Pendudukan Romawi dan Bizantium Yerusalem berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi sejak 63 M. Perlawanan bangsa Yahudi mencetuskan perang pada 66 M, yang dimenangkan Romawi. Kuil mereka di Yerusalem kembali mengalami aksi penghancuran. Romawi dan Bizantium menguasai Palestina selama 600 juga Mengenal Yerusalem, Kota Suci Tiga Agama 4. Masa pendudukan Muslim Di bawah pimpinan Kalifah Umar, tentara Muslim mengepung dan menguasai Yerusalem pada 637 M. Di era pendudukan Muslim inilah, penguasa yang saling bermusuhan dan dari berbagai mazhab Islam silih berganti menguasai Yerusalem. Baca juga Protes Pengakuan Yerusalem, Puluhan Warga Palestina Terluka 5. Perang Salib Kekalifahan Seljuk sejak 1070 M terus meluaskan kekuasaan. Akibatnya, kaum Kristen merasa terancam yang memicu Paus Urban II mencanangkan Perang Salib. Dalam 200 tahun selanjutnya terjadi lima kali perang memperebutkan Yerusalem. Pada 1244 pasukan Kristen kalah total dari tentara Muslim yang kembali menguasai Kekaisaran Ottoman dan pendudukan Inggris Setelah menaklukkan Mesir dan Arabia, Kekaisaran Ottoman memasukkan Yerusalem ke dalam wilayah hukumnya pada 1535 dan kota ini kembali mencapai kejayaannya. Namun, pada 1917 Inggris mengalahkan Kekaisaran Ottoman dalam Perang Dunia I. Palestina kemudian diduduki Inggris dan Yerusalem jatuh tanpa perlawanan. Foto arsip yang diambil pada 11 Januari 2010 menunjukkan pemandangan udara Kota Tua Yerusalem. AFP/Marina Passos7. Kota yang terbelah Setelah Perang Dunia II usai, Inggris mengembalikan mandat Palestina kepada PBB, yang kemudian memilih opsi membaginya dua negara itu. Tujuan pembagian itu adalah untuk menciptakan negara bagi kaum Yahudi yang selamat dari Holocaust di Eropa. Baca juga Israel Tempatkan Polisi di Yerusalem Sejumlah negara Arab kemudian bergabung memerangi Israel dan menguasai sebagian Yerusalem. Sejak 1967 kota ini terbelah menjadi wilayah Israel di sisi barat dan Yordania di sebelah timur. 8. Israel kuasai Yerusalem TimurDalam perang enam hari 1967, Israel mengalahkan aliansi Mesir, Yordania dan Suriah. Alhasil, Israel menguasai Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat Yordan, Dataran Tinggi Golan dan bagian timur Yerusalem. Untuk pertama kali sejak 1949, Israel kembali menguasai Tembok Ratapan di kota tua Yerusalem. Secara sepihak Israel menyebut tidak menganeksasi Yerusalem timur, melainkan mengintegrasikan kota itu ke dalam wilayah administratifnya. 9. Umat Muslim bisa berziarah ke Yerusalem Israel tidak menutup akses umat Muslim ke tempat suci mereka. Bukit Shakrah berada di bawah admistrasi otonomi Muslim. Umat Islam juga diperbolehkan berziarah ke Bukit Zaitun, Kubah Shakrah, dan Masjid Al Aqsa serta beribadah di sana. 10. Sengketa status Yerusalem berlanjut Yerusalem hingga hari ini tetap menjadi hambatan terbesar dalam proses perdamaian antara Israel dan Palestina. Baca juga 28 Negara Uni Eropa Peringatkan Trump Tak Pindah Kedutaan AS ke Yerusalem Pada 1980, Israel mendeklarasikan, seluruh kota Yerusalem sebagai bagian tak terpisahkan dari ibu kota negeri itu. Sementara pada 1988 negara Palestina diproklamasikan dan juga mengklaim bahwa Yerusalem adalah ibu kota. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Halini telah disaksikan Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru sebagai contoh : dalam Kitab Ulangan 15:11 dikatakan: "Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada didalam negeri itu.", hal ini menggambarkan bahwa Israel sebagai umat Allah juga terdiri dari orang-orang lemah atau miskin yang telah kehilangan masa tugasnya di Bait Suci karena kekuasaan raja Yosia Israel pada zaman Yesus, adalah Teokrasi yang otentik (Theo=God; Cracia=Government: "Pemerintahan Tuhan") dan dalam teokrasi, para imamlah yang, pertama-tama, merupakan kelompok yang paling tidak kuat. Para imam tidak bertugas mengajarkan Hukum, ini adalah ciri khas Ahli Taurat (Matius 7, 29). wBtK.
  • 6td7dx01fq.pages.dev/386
  • 6td7dx01fq.pages.dev/501
  • 6td7dx01fq.pages.dev/149
  • 6td7dx01fq.pages.dev/195
  • 6td7dx01fq.pages.dev/47
  • 6td7dx01fq.pages.dev/500
  • 6td7dx01fq.pages.dev/521
  • 6td7dx01fq.pages.dev/14
  • situasi sosial bangsa israel pada zaman yesus